Wawancara Luminapedia bersama M.A. Kasyfi dari MAQS Lighting Consultant
Dalam dunia lighting design, para profesional bisa datang dari berbagai latar belakang seperti arsitektur, desain interior, dan desain produk. Salah satu lighting designer di Indonesia, Muhammad Abdullah Kasyfi dari MAQS Lighting Consultant (Studio Maqs), memiliki latar belakang yang berbeda; teknik fisika. Pada wawancara ini, Kasyfi akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia beralih dari dunia teknik fisika ke lighting design.
Muhammad A. Kasyfi adalah lighting designer di MAQS Lighting (Studio Maqs) yang berdiri sejak 2016. Studio ini menghadirkan solusi pencahayaan yang efektif dan presisi. Karya-karyanya meliputi RA Suite TB Simatupang, pemenang IAI Award 2024, perluasan Bandara Internasional Lombok, dan berbagai hotel di Jawa dan Bali.
Background story
Dari teknik fisika berkarir di dunia lighting. Bagaimana perjalanannya?
Teknik fisika merupakan bidang applied physics atau fisika terapan dalam kehidupan nyata. Ada banyak bidangnya seperti instrumentasi, kontrol, fisika bangunan. Fisika bangunan itu sendiri ada pencahayaan/lighting, akustik, termal. Dari ketiga bidang tersebut, Kasyfi mengungkapkan merasa paling cocok dengan lighting. Mata kuliah pencahayaan ini diajarkan hanya dua sks. Kemudian Kasyfi memperdalam ketertarikannya dengan mengambil topik skripsi mengenai pencahayaan juga.
Di samping itu, selama kuliah Kasyfi sudah memiliki hobi desain grafis dan sudah familiar dengan software desain seperti photoshop, coreldraw. Seiring berjalannya waktu, beliau menyadari bahwa di bidang lighting itu ada pertemuan antara engineering dan desain. Di mana, beliau merasa lebih bisa memaksimalkan potensi-potensi dalam diri.
Setelah lulus kuliah, Kasyfi bekerja di Lumina Group. Ia sangat bersyukur dapat bekerja di bawah bimbingan tokoh pelopor dunia lighting di Indonesia, Pak Abdi Ahsan. Di sana, Kasyfi belajar lighting design mulai dari aspek arsitektur, interior, hingga cara berkomunikasi dengan klien dan stakeholder seperti kontraktor serta MEP. Sekitar 90% pembelajaran diperoleh dari pengalaman kerja, namun fondasi teknisnya berasal dari pendidikan teknik fisika.
Leaping to The Lighting Design
Lighting design tidak terlepas dengan arsitektur dan interior. Karena, lighting design tidak menambahkan sesuatu yang asing ke dalam bangunan, justru meng-enhance desain arsitektur dan interior yang sudah ada. Dengan latar belakang pendidikan teknik fisika, Kasyfi mengisi gap pengetahuan artiketur dan interior melalui pengamatan keseharian. Contohnya melihat titik lampu, cahaya datang dari mana, dan tingkat terangnya bagaimana. Pembelajaran tersebut tidak menjadi beban karena didasari oleh passion terhadap bangunan sehingga menjadi bagian keseharian.
Ketika ada waktu senggang bisa membaca majalah interior, seperti Griya Asri, mempelajari bagaimana ide dalam bangunan. Bangunan ingin menyampaikan informasi apa” ungkap Kasyfi. Selain itu, Kasyfi juga membaca buku yang berkaitan dengan lighting design contohnya, Light in Architecture. Buku-buku yang berisi kumpulan proyek dan yang perlu diperhatikan bagaimana detail implementasinya. “Penting juga untuk menyediakan waktu untuk jalan jalan dan melihat arsitektur dan interior terbangun yang menarik untuk menambah khazanah desain” jelas Kasyfi
Learning by doing, pengalaman, pengetahuan, dan know hows. Secara umum itu yang diterapkan oleh Kasyfi.
Lighting bagi orang awam
Klien yang datang sudah memiliki intensi dan ekspektasi terhadap lighting. Mereka sudah memiliki bayangan tentang lighting, sehingga lighting designer perlu berdiskusi untuk menemukan apa yang mereka kriteriakan untuk bangunan mereka. Dari diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan setiap bangunan dan owner itu berbeda sehingga tidak ada satu teori untuk satu bangunan.
Menurut Kasyfi,ada tiga tingkat penerapan lighting design:
- Membuat terang ruangan (untuk memenuhi fungsi dan kegiatan)
- Menambah nilai estetika
- Memasukan ide baru dalam konsep
“Masalahnya jika dilihat dengan ilustrasi gunung es, masih banyak orang yang tidak tahu kalau mereka membutuhkan orang spesialis lighting. Misalkan ada ruangan dengan finishing hitam dan ada satu lagi ruangan dengan finishing putih, tentu strategi penerapan lighting-nya berbeda agar ruangan tersebut terang” ucap Kasyfi.
Ketika orang bersinggungan dengan lighting, maka semestinyaharus ada spesialisasi disitu”tambahnya.
Harapan untuk lighting design Indonesia.
Harapan MA Kasyfi untuk lighting design bisa berkesinambungan untuk masa depan. “Harus banyak forum transfer of knowledge sehingga pengetahuan secara kolektif meningkat. Forum tersebut tidak membutuhkan sesuatu yang fancy, tetapi lebih menekankan berbagi pengalaman menangani proyek untuk pembelajaran bersama” harap Kasyfi.