Menerapkan konsep biofilik warna dalam lighting design
Langit menghadirkan warna-warni yang berganti seiring waktu dimulai dari matahari terbit sampai matahari terbenam. Tidak hanya itu, warna langit tidak selalu sama setiap harinya dan dapat berganti setiap waktu tergantung kondisi cuaca. Keindahannya yang menakjubkan ini menjadi inspirasi banyak orang termasuk para lighting designer. Kombinasi warna-warni langit ini bak palet warna yang dapat diterapkan dalam lighting design.
Proses terbentuknya warna-warni langit
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai warna-warni di langit, kita perlu tahu terlebih dahulu bagaimana warna-warna tersebut dapat terbentuk.
Warna langit terjadi karena proses dispersi cahaya (penguraian cahaya) di mana cahaya putih (monokromatik) menjadi cahaya polikromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu). Terciptanya warna cahaya yang kita lihat dipengaruhi oleh jenis dan ukuran partikel yang ada di atmosfer, di mana saat cahaya menabrak partikel, maka cahaya dibiaskan. Ukuran partikel yang berbeda akan menyebabkan sudut pembiasan yang berbeda.
Selain proses dispersi cahaya, terbentuknya warna di langit juga merupakan fenomena scattering. Railyegh-scattering adalah fenomena di mana cahaya menyebar ke segala arah ketika berinteraksi dengan partikel. Saat matahari terbit atau terbenam, matahari berada di dekat horizon dan memiliki sudut yang kecil sehingga sehingga cahaya matahari menempuh jarak yang jauh di dalam atmosfer, akibatnya komponen cahaya biru (panjang gelombang pendek) terhambur terlebih dahulu dan cahaya merah dengan panjang gelombang yang lebih panjang sampai pada mata kita.
Warna biru yang kita lihat pada siang hari, terbentuk ketika matahari berada di atas kita. Pada kondisi ini komponen cahaya biru mengalami scattering lebih banyak dibanding warna lain karena mempunyai panjang gelombang yang pendek. Warna ungu juga terhambur banyak akan tetapi, intensitas gelombang ungu lebih sedikit dibanding biru. Selain itu, mata kita lebih peka terhadap warna biru sehingga langit yang kita lihat berwarna biru.
Biophilic Design
Komposisi warna di langit dengan sumber cahaya matahari menjadi komposisi merupakan hal yang natural dan secara tidak sadar mudah diterima oleh manusia karena pengalaman sehari-hari. Komposisi warna ini dapat menjadi inspirasi dalam mendesain palet warna dalam lighting design.
Desain biofilik adalah konsep desain yang meniru apa yang ada di alam. Dalam kaitan dengan warna, desain biofilik dapat menirukan warna langit, warna laut, warna tumbuhan dan bunga, juga warna tanah. Dengan begitu, dengan mendesain lighting dengan palet warna yang menirukan warna langit juga dapat dikatakan menerapkan konsep biofilik.
Inspirasi palet warna dalam lighting design
Warna-warna langit saat sunrise dan sunset menciptakan kombinasi yang bervariasi. Kombinasi warna di alam merupakan komposisi warna yang dapat diterima oleh panca indera manusia. Banyak sekali variasi kombinasi warna yang dapat dibentuk, seperti warna komplementer, warna gradasi, dan warna monokrom.
Kombinasi warna dalam color wheel berseberangan seperti warna kuning berkomplemen dengan warna ungu dan warna biru dengan oranye disebut warna komplementer.
Warna gradasi adalah kombinasi dua warna atau lebih yang bertingkat.
Warna monokrom adalah degradasi satu tone warna yang tidak bercampur dengan warna dasar lainnya.
Kombinasi warna-warni ini dapat diterapkan untuk lighting design ruangan sesuai dengan karakternya, misalnya untuk ruang broadcast agar lebih vibrant dan kreatif butuh warna-warna yang cerah seperti kuning. Ruangan kerja membutuhkan ketenangan dan fokus sehingga cocok menggunakan palet warna biru.
Jadi, pengamatan terhadap apa yang terjadi alam yang mengagumkan dapat menjadi inspirasi desain yang bukan hanya bagus secara visual tetapi dipertimbangkan manfaatnya baik untuk psikologi dan fisiologi manusia tentunya.