Apakah masih relevan saat ini?
Nilai CRI dari suatu sumber cahaya selama ini digunakan untuk merujuk apakah sumber cahaya tersebut dapat mereproduksikan warna dengan baik. Metoda pengukuran CRI telah dikembangkan sejak tahun 70an, mendampingi perkembangan berbagai jenis bohlam dengan berbagai kualitas cahaya yang dihasilkannya. Nilai CRI yang tinggi (di atas 90) menunjukkan reproduksi warna yang mulai mendekati reproduksi warna di bawah cahaya matahari jam 12 siang (para ahli memutuskan bahwa reproduksi warna ideal (yang paling jujur) adalah reproduksi warna di bawah cahaya matahari jam 12 siang, dengan color temperatur 5400 K).

Mengapa nilai CRI menjadi penting saat menganalisa warna di bawah cahaya lampu – dmflighting.com
Nilai CRI selama ini berfungsi dengan baik … sampai datangnya era LED. Saat ini banyak produsen LED yang meng-claim produknya memiliki CRI lebih besar dari 90. Namun dalam pantauan penggunaan lampu-lampu tersebut di project selama 10 tahun terakhir menunjukkan inkonsistensi dari nilai tersebut. Dua sumber cahaya dengan nilai CRI yang sama (dan color temperatur yang sama) bisa menghasilkan reproduksi warna dengan perbedaan yang cukup signifikan. Fakta ini memiliki konsekuensi seperti :
- Sulit untuk memprediksi warna dengan tepat berdasarkan nilai CRI
- Tidak bisa mendapatkan kualitas cahaya sesuai ekspektasi apabila menggunakan bohlam dengan CRI di bawah 95. Sumber cahaya dengan CRI 90 belum tentu masuk dalam kategori baik
- Hampir tidak memungkinkan untuk menggabungkan sumber cahaya dari merk yang berbeda di dalam satu ruangan
Industri lighting sudah lama menangkap fenomena ini, dan sudah mengembangkan metoda baru untuk melakukan pengukuran reproduksi warna dari sumber cahaya yang lebih akurat dengan mempertimbangkan persepsi visual mata manusia; dinamakan metoda TM30. Berikut perbandingan perhitungan CRI yang lama (CIE CRI) dan TM30 (dikembangkan oleh IES Illumination Engineering Society).
CIE CRI
Metoda CIE menggunakan 14 sampel warna, dimana reproduksi warna dari setiap sampel warna oleh sumber cahaya yang sedang diukur akan dibandingkan dengan reproduksi warna dari cahaya matahari.

Sampel warna untuk pengukuran CRI – UPRtek.com
Hasil pengukuran reproduksi warna sumber cahaya diplot di Diagram Chromatic (CIE 1960) seperti di bawah ini.

Pemetaan hasil pengukuran pada Chromatic Diagram CIE 1960. Titik berwarna hitam adalah referensi (reproduksi warna oleh cahaya matahari) dan titik berwarna merah berasal dari objek test – UPRtek.com
Dari setiap sampel warna didapat persentasi kedekatan reproduksi warnanya dengan matahari. Semakin dekat titik merah dengan titik hitam, semakin tinggi nilai CRInya. Rata-rata dari reproduksi warna ke-14 sampel ini menjadi nilai CRI dari sumber cahaya yang diukur.
TM30
TM30 memperbaiki metoda CIE yang lama dalam 3 hal :
- Menambah warna sampel menjadi 99 warna.


Sampel warna-warna test TM30 (kiri) dan pemetaan hasil test di diagram color space 3 dimensional CAM02-UCS – UPRtek.com
- Menggunakan diagram chromatic 3 dimensi, dengan menyertakan elemen saturasi / lightness ke dalam pengukuran. Di bawah ini adalah diagram warna dengan elemen hue, lightness & saturation.


Kiri : Diagram kromatik warna dari albert H. Munsell 1943 – SharkD – Derivative work: Datumizer. Kanan : Pemetaan reproduksi warna dalam diagram 3 dimensi CAM02-UCS – https://www.energy.gov/sites/default/files/2015/09/f26/tm30-technical-webinar_9-22-15.pdf
- Menggunakan Color Vector Graph untuk mendeteksi anomali dalam saturasi warna.

Nilai Rf adalah hasil pengukuran color fidelity dengan membandingkan sampel warna (99 warna di atas) dan nilai Rg merupakan indikasi saturasi dalam reproduksi warna. Rg 60-100 menunjukkan saturasi yang kurang, Rg 100-140 menunjukkan saturasi yang berlebihan. Gambar di kiri menunjukkan saturasi warna yang rendah, sementara gambar di kanan menunjukkan saturasi warna yang berlebihan. Gambar di tengah dengan nilai Rf yang tinggi dan Rg 100 menghasilkan reproduksi warna dan saturasi yang lebih akurat – soraa.com
Ketiga pendekatan baru di atas membuat nilai reproduksi warna TM30 menjadi lebih mendekati warna ‘asli’ dan sesuai dengan persepsi mata manusia.

Contoh label TM30 di kemasan bohlam (TM30-20 artinya menggunakan metoda TM30 yang disempurnakan pada tahun 2020). Perhatikan nilai Rf 95 yang tinggi dan saturasi yang mendekati ideal dengan nilai Rg 99 – store.yujiintl.com
Lalu bagaimana bila produsen tidak mencantumkan nilai TM30? Sebagai langkah aman, pilih bohlam / sumber cahaya dengan nilai CRI di atas 95; CRI 97 atau 98 lebih direkomendasikan. Kemungkinan besar nilai Rg dari sumber cahaya dengan CRI 97 atau 98 akan mendekati angka Rg 100.

Artikel ini merupakan komplemen text dari buku LUX SIT – LUMINOUS JOURNEY of LIGHTING DESIGN in INDONESIA yang diterbitkan oleh LIGHT TALK, komunitas lighting Indonesia. Buku ini merupakan gabungan berbagai informasi mengenai filosofi lighting design dari 9 lighting designer di Indonesia, tips & trick dalam lighting design serta berbagai pengetahuan dasar lighting dan lighting design; dipaparkan dalam bentuk tulisan maupun ilustrasi komik.
Pantau terus Luminapedia untuk melihat jadwal launching buku ini dan siap2 mendapatkan penawaran khusus.