Lighting di stasiun metro di bawah tanah adalah komponen vital. Berada di bawah tanah bukan merupakan pengalaman yang natural buat manusia. Lebih lagi aktifitas yang tinggi di sebuah stasiun transportasi. Lighting di sini bukan hanya sekedar menjalankan fungsi penerangan, tetapi juga seharusnya menunjang kebutuhan psikologis dan biologis manusia.
Dari sisi interaksi manusia dengan ruang (keberadaan manusia di dalam suatu lingkungan), kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi adalah :
- Sense of place – menyadari atau mengetahui di mana seseorang berada
- Sense of direction – memiliki pengetahuan akan arah, ke mana harus menuju
- Sense of time – merasakan koneksi dengan pergerakan waktu, dari pagi siang ke malam
Perjalanan Light Travel kali ini mengunjungi Washington DC Metro Station, di Amerika Serikat. Untuk jaringan stasiun yang berada di bawah kawasan kota Washington, stasiun-stasiun Metro didesign dengan seragam, sehingga pengguna langsung bisa menyadari saat mereka sudah mulai memasuki kawasan kota.
Dengan design vault ceiling, pilihan design lighting yang digunakan di stasiun Metro ini adalah indirect light. Tidak hanya sebagian, tetapi 100% menggunakan indirect light. Sumber cahaya diletakkan di bawah (area lantai), lalu cahayanya diarahkan dan disebarkan ke permukaan vault ceiling untuk kemudian dipantulkan kembali ke ruangan dengan merata. Pilihan teknik indirect light ini memberikan berbagai kelebihan:
- Memperkuat bentuk lengkung arsitektur sekaligus menambah impresi tinggi dan volume ruang.
- Cahaya yang mengisi seluruh ruang, karena cahaya dipantulkan dari permukaan plafon secara diffuse. Secara teknis dikatakan penerangan vertikal yang baik; penerangan yang berguna untuk mengenali objek yang berada di bidang vertikal.
- Akses perawatan yang mudah; hal ini sangat dibutuhkan di stasiun dengan skala seperti ini. Akan sangat menyulitkan bila lampu dipasang di plafon yang tinggi, dimana saat perawatan akan mengganggu aktifitas. Dengan masa operasional hampir 24 jam, maka jangka waktu perawatan pasti akan lebih singkat dari normal.
- Dekorasi plafon tidak terganggu dengan adanya titik lampu dan jalur kabel
Namun jangan dilupakan, ada juga faktor kekurangan indirect light yang perlu dipertimbangkan. Karena cahaya yang hadir di ruang adalah hasil pantulan dari permukaan plafon, maka nilai reflektansinya (seberapa banyak permukaan ini memantulkan cahaya) harus sebesar mungkin; dalam hal ini warna cat yang lebih terang. Reflektansi yang kecil akan mengakibatkan lebih sedikit cahaya yang diberikan ke ruangan. Lebih jauh, karena tidak ada permukaan yang 100% memantulkan cahaya, maka penggunaan indirect light cenderung memerlukan lebih banyak energi untuk mengkompensasi penyerapan cahaya yang terjadi.
Bayangan tajam (sebelah kanan atas) yang terjadi di plafon saat kereta berhenti menunjukkan konstruksi custom fixture dan pelaksanaan instalasi lighting yang sangat presisi. Bayangannya tajam dan lurus, megikuti garis plafon!
Lampu-lampu yang tertanam di lantai (floor recessed light) tidak berfungsi sebagai penerangan, tetapi sebagai lampu penanda (marker light) yang membatasi orang dengan area kereta.
Linear light yang di tengah (di antara 2 jalur kereta) adalah lampu utama untuk menerangi ruang. Ini adalah custom fixture dengan high power Fluorescent Lamp (saat stasiun ini dibangun, belum ada LED light 😉) berwarna natural white 4200 – 5000 K.
Di atas jalur fluorescent light di tengah ini ditambahkan lapisan grille. Lapisan ini membatasi sumber cahaya sehingga tidak terlihat langsung oleh orang di sekitar dan untuk menghindari silau. Lebih jauh, dengan tidak melihat sumber cahaya yang sangat terang, maka perhatian orang tidak terganggu; tetap melihat decorative vault ceiling yang menjadi architectural feature.
Galeri di atas memperlihatkan flow cahaya dari bawah tanah ke atas. Grazing light (berwarna cool white) di sepanjang dinding bawah tanah mendefinisikan perimeter ruang, yang juga mengarahkan pengunjung ke jalur lalu lintas pejalan kaki. Teknik pencahayaan yang konsisten diterapkan terus sampai ke eskalator di gerbang masuk stasiun di luar. Konsistensi design lighting di stasiun ini membuat seluruh komponen bangunan menjadi utuh.
Dari pemenuhan kebutuhan psikologis dan biologis manusia yang disebutkan di awal, tidak ada konsep lighting yang ditujukan untuk memenuhi sense of time. Namun fungsi lighting untuk memberikan sense of place dan sense of direction sangat terasa. Berada di ruang besar di bawah tanah tidak mmembuat kita menjadi jeri ataupun kehilangan arah.
Sebuah contoh yang patut diteladani (bukan ditiru !), adalah bagaimana lighting diberikan porsi perhatian sebagaimana seharusnya; bukan hanya menjadi elemen yang terakhir kali dipikirkan. Jika stasin Metro Washington DC dibangun sebelum era LED (pertama kali dibuka tahun 1976), maka di sana sudah sejak lebih dari 20 tahun yang lalu telah hadir kesadaran akan fungsi lighting lebih jauh dari sekedar penerangan.