Awal dari Paradigma Baru dalam Lighting Design di Indonesia
Part 2
Dalam praktik arsitektur dan desain interior, pencahayaan sering kali dianggap sebagai elemen pelengkap. Padahal, peran cahaya sangat fundamental dalam membentuk pengalaman ruang secara total. Buku Lux Sit: Luminous Journey of Lighting Design in Indonesia hadir untuk mengubah persepsi tersebut. Melalui dokumentasi pemikiran dari 8 desainer pencahayaan profesional, buku ini menawarkan paradigma baru. Paradigma baru ini membantu memahami peran cahaya dan lighting design secara teknis, estetis, dan psikologis.
Delapan Nama. Delapan Cerita Cahaya.
Buku ini bukan daftar proyek. Buku ini adalah kumpulan filosofi, intuisi, dan jejak panjang delapan pionir pencahayaan Indonesia. Mereka yang diam-diam telah mengubah cara kita memahami ruang dan terang.

Abdi Ahsan
Selalu menerapkan pendekatan Human-Centric Lighting. Ia percaya bahwa cahaya adalah tentang keseimbangan psikologi dan fisiologi, emosi dan ritme tubuh, bukan soal watt dan terang.
Anni Kurniawati
Desainer yang tidak membuat cahaya terlihat—ia membuatnya dirasakan. Estetikanya tenang, tak terlihat, tapi bekerja secara psikologis.
Benno Salinas Fevriarto
Arsitek cahaya yang menjadikan setiap proyek sebagai naskah, dan cahaya sebagai aktor utama.
Endrawan Nimpuno
Mengusung kontekstualisasi cahaya sebagai medium cerita
Ferry Gunawan
Pengusung filsafat setengah cahaya. Ia percaya terang yang terlalu penuh menghapus makna.
Mario Aditya Widagdo
Secara sistematis membawa pencahayaan ke ranah kesehatan, kreativitas, dan kognisi.
Rina Pradnya Pusthika
Melukis cahaya dalam kegelapan, eksplorasi emosi dan atmosfer
Ryan Salim
Enthusiast fotografi yang menjadi lighting designer. Ia tahu kapan cahaya harus hadir, dan kapan ia harus menyembunyikan diri.

Apa yang Akan Kamu Temukan?
Sebuah pengalaman yang kaya mengenai intuisi dan kedalaman, filsafat atmosfer dan puisi ruang. Juga tampilan segar dengan ilustrasi humor, pengetahuan teknis praktis, serta tips & tricks.
Buku ini menampilkan bagaimana desainer Indonesia mulai menggeser fokus dari pencahayaan sebagai elemen fungsional ke pencahayaan sebagai:
- Stimulus psikologis dan emosional
- Pembentuk identitas ruang
- Penerjemah konteks budaya
- Pendukung keberlanjutan energi
Dengan pendekatan multidisipliner—menggabungkan arsitektur, interior, seni visual, dan teknologi—Lux Sit merepresentasikan pencahayaan sebagai disiplin yang matang dan strategis dalam praktik desain.
Selain tentunya sangat bermanfaat untuk para Lighting Designer dan semua yang terlibat dalam industri lighting, buku ini diperuntukkan juga pada:
💡 Arsitek yang ingin berpikir lebih dalam dari sekadar layout.
💡 Desainer interior yang ingin bermain dengan emosi, bukan cat tembok.
💡 Mahasiswa desain yang haus akan pendekatan lokal dengan kedalaman global.
💡 Siapa pun yang ingin memahami bagaimana cahaya menyentuh relung hati.
Telah Tersedia

Lux Sit bukan hanya buku dokumentasi karya, melainkan sumber pengetahuan lintas-disiplin yang menyajikan bagaimana pencahayaan bisa didekati sebagai strategi desain holistik. Dengan gaya visual yang kuat dan konten reflektif, buku ini menjadi referensi penting bagi siapa pun yang tertarik memahami masa depan desain pencahayaan di Indonesia.

Pre-order buku ini tersedia dalam edisi terbatas. Pemesanan dapat dilakukan dengan scan QR Code di sebelah, atau melalui Form Pemesanan. Penyerahan buku pertama akan dilakukan di acara book launching:
Tanggal : 20 Juni 2025
Jam: 17:00 – 20:00
Lokasi : DIA.LO.GUE Artspace, Jl. Kemang Selatan No. 99A, Jakarta Selatan
Bagi yang membeli buku dan datang ke acara, akan mendapatkan buku dengan tanda tangan para penulis.
#LuxSitIndonesia #LightingDesign #HumanCentricLighting #ArsitekturIndonesia #DesainInterdisipliner